Selasa, 20 November 2007

TUJUAN HIDUP



TUJUAN HIDUP
Sejak zaman dahulu kala banyak orang selalu bertanya, “apa tujuan hidup
kita?”, atau dalam kata lain “buat apa kita hidup?”.

Dari pertanyaan sederhana itu banyak sekali jawabannya, mulai dari jawaban
versi agama, versi philosophy atau versinya sendiri-sendiri!.

Tetapi bila kita mau memerhatikan mahluk lain, seperti burung Onta, Tapir, Anoa, Badak Cula Satu, Komodo, Panda, Koala, Penguin, Beruang Kutub
ataupun satwa-satwa lainnya.

Sebenarnya kita bisa menarik kesimpulan yang sangat sederhana!.

“Mereka atau kita hidup untuk bertahan hidup selama mungkin!” atau “Life is
just about staying alive as long as we can!”.

ada 3 versi besar bagaimana caranya bertahan hidup yaitu:

A. Dengan sikap dan kelakuan Baik (Protagonist).

B. Dengan sikap dan kelakuan Buruk (Antagonist).

C. Dengan sikap dan kelakuan Kombinasi Baik & Buruk (Neutralist).


A.1 Protagonist:

Dengan sikap dan kelakuan Baik, hidup ini kita dedikasikan untuk
selalu berpositive thinking, optimis, jujur, berorientasi pada sisi kema-
nusiaan, hak asasi manusia, peduli pada orang lain (care to others).

Peduli pada lingkungan (care to our habitat), patuh pada hukum manu-
sia atau hukum yang disepakati bersama bila ada mahluk planet lain
sudah ada juga bergabung dengan kita di bumi atau bila kita tinggal
di planet lainnya, memahami alam agar tidak terjadi bencana alam dan
mampu mencari solusinya, etika, moral, berkomunitas baik, tidak
merugikan atau memaksakan kehendak kita kepada orang atau mah-
luk cerdas lainnya.

Tidak punya fikiran iri, dengki, tidak arogan, tidak cemburuan yang
berlebih, rajin, mau belajar ilmu pengetahuan (science/ sains), punya
keahlian tertentu sedikit atau banyak, bersikap menyenangkan dan
tidak bersikap salah dan benar berdasarkan pola fikir agama, apapun
agama kita!.

B.1 Antagonist:

Dengan sikap dan kelakuan buruk, negative thinking, iri, dengki, bo-
hong, pelanggar hukum, munafik, merampok, mencuri, korupsi, meng-
hilangkan data orang lain yang memerlukan, malas, tidak mau belajar.

Mengaku hasil kerja orang lain sebagai hasil kerjanya, memfitnah,
mencari kambing hitam pada hal-hal buruk yang kita lakukan.

Menghancurkan alam dan membuat berbagai macam polusi, pencem-
buru berat, tidak punya keahlian apa-apa hingga yang bisa dilakukan
cuma omong doang jadi keahliannya cuma menjilat tapi mengaku
pintar dan cerdas.

Pokoknya segala hal yang merugikan orang atau memaksakan ke
hendak kita kepada orang lain secara legal (mempermainkan hukum)
maupun ilegal.

C.1 Neutralist:

Dengan sikap dan kelakuan Kombinasi yang Baik dan Buruk (Netral/
Balance), ada kalanya seorang penganut aliran cara bertahan hidup
yang baik menjadi korban dari penganut aliran cara hidup sikap dan
kelakuan buruk.

Oleh karena itulah, kita akhirnya dengan terpaksa melakukan teknik
bertahan hidup dengan sikap dan kelakuan buruk pula tetapi dengan
tujuan untuk menjatuhkan hal yang lebih buruk lagi yang akan terjadi
yang dilakukan oleh orang lain.

Bolehkah?, tentu saja boleh, bertahan hidup sama seperti bermain
catur saja!, siapa yang cerdas dan pandai untuk mengatasi berbagai
masalah dengan berbagai kemampuan yang kita miliki dan berusaha
sekuat mungkin menjadi pemenang maka dia berhak hidup!.
Tetapi semua ada konsekwensinya, baik merasa bersalah secara
fikiran ataupun fisik, tetapi ada juga yang tidak merasa sakit secara
fikiran maupun fisik, bila sudah gila tentunya?, belum tentu juga,
bagaimana kalau sudah terbiasa?.

Dan ada kalanya juga seorang penganut Sikap dan kelakuan Buruk
untuk bertahan hidup menjadi berubah haluan menjadi aliran sikap dan
kelakuan baik dalam bertahan hidup, atau bahkan mengambil jalur
menggabungkan keduanya.

Tidak ada salah dan benar dalam bertahan hidup!, sebab hanya satu
yang akan jadi keluar menjadi pemenang!. Dan yang menang pastilah
yang paling cocok dengan lingkungannya! (survival of the fittest).

Diibaratkan (analogy) hidup itu seperti pertunjukkan wayang, dan anda men-
jadi seorang dalang (Tuhan) dalam pertunjukan ini si A diberi peran sebagai
penjahatnya dan diberi nama “Burisrawa”

Dimana semua titik puncak sikap dan kelakuan buruknya punya level paling
tinggi yang pernah dicapai oleh seorang manusia, karakter buruk ini adalah
“Burisrawa”.

Si B diberi peran sebagai orang baiknya dan diberi nama “Arjuna”, dimana
semua titik puncak sikap dan kelakuan baiknya punya level paling tinggi yang
pernah dicapai oleh seorang manusia, karakter baik ini adalah “Arjuna”.

Dalam dunia pertunjukan boneka atau wayang ini, mereka bertarung dan
dijalankan oleh si dalang (Tuhan), yaitu anda, dan tentu saja, sesuai scenario
yang telah dibuat maka tentu saja “Burisrawa” harus kalah dan “Arjuna”
sebagai pemenangnya.

Lalu bagaimana bila mendadak, Anda sebagai dalang mengubah scenario
ternyata si Burisrawa yang menang!.

Setelah pertunjukkan selesai, maka dengan hati-hati sekali si dalang me-
masukkan “Burisrawa” dan “Arjuna” dalam kotak yang sama (surga) karena
berhasil memerankan tugas (peran) mereka dengan baik sesuai yang di
gariskan Tuhan atau sesuai scenario dalangnya!.

Dan bila dalam peperangan itu ternyata tangan Burisrawa putus, maka
dengan kasih sayang yang tulus, si dalang akan memperbaiki tangan Buris-
rawa kembali menjadi indah dan berfungsi baik seperti sebelumnya!.

Demikian juga bila kaki Arjuna ternyata putus dalam peperangan di dunia
wayang itu, maka dengan kasih sayang yang tulus pula, si dalang akan mem-
perbaiki kaki Arjuna yang rusak agar kembali menjadi indah dan berfungsi
baik seperti sebelumnya!.
Hidup kita hanya suatu peran yang harus kita jalankan sesuai scenario yang
telah dibuat oleh Tuhan, dan perankan karakter kita dengan sebaik-baiknya.

Jadi bukan hak kita menghakimi orang lain, sebab itu hak Tuhan, juga bukan
hak kita menghakimi orang agama lain, ras lain, suku lain, spesies lain
dengan kata-kata “Ah, kau tidak bakalan masuk surga sebab kau tidak per-
caya Tuhanku, nerakalah tempatmu!”.

Dengan menghakimi orang lain mana yang pantas masuk neraka dan pantas
masuk surga, sesungguhnya kita mengangkat diri kita menjadi Tuhan baru!.
hmmmm berani sekali kita! tidak takut?!.

Jadi, konsep percaya Tuhan harus diubah dari Tuhan yang Maha Kejam,
Maha Penghukum, Maha Pembalas, dan berbagai macam Maha-Maha lain-
nya yang buruk-buruk harus dihilangkan!, kok begitu?.

Ya, sebab ada kemungkinan bila seseorang merasa melakukan hal buruk
walaupun kecil saja lalu hukumannya adalah neraka, maka dia akan putus
asa dan telah merasa ditolak Tuhan dan pasti masuk neraka.

Nah daripada berbuat dosa kecil-kecil saja, maka sekalian aja yang lebih
besar, seperti merampok, membunuh, memperkosa dan banyak perbuatan-
perbuatan buruk tingkat tinggi lainnya, sebab toh sama-sama masuk neraka!.

Juga ada pola fikir lain yang timbul, kalau tidak dapat surga di alam nanti,
maka kita harus mendapatkan surga saat ini juga dengan cara yang paling
buruk sekalipun!.

Kalau begitu, bagaimana dengan mengubahnya dari Tuhan yang Maha
Penghukum dan sebagainya yang buruk-buruk menjadi yang Maha yang
baik-baik saja?.

Seperti Tuhan Maha Kasih, Tuhan Maha Sayang, Tuhan yang Maha Baik
dan Maha semua yang baik yang pernah kefikir manusia dan belum terfikir
manusia!.

Itu juga tidak memberi solusi, sebab dengan menganggap Tuhan seperti itu,
maka manusia malah bertingkah laku semaunya sendiri, merasa setiap per-
buatan buruknya pasti diampuni Tuhan.

Berapapun pembunuhan, korupsi, ataupun segala perbuatan yang merugi-
kan dan memaksakan kehendak, baik tingkat rendah maupun tingkat tinggi
kepada orang lain, kepada lingkungan, kepada alam dan lain-lain yang telah
dilakukan pasti Tuhan akan mengampuninya!.
Jadi dengan adanya Tuhan, malah membuat manusia cenderung berbuat
semaunya, membenarkan semua tindakannya walaupun melanggar hukum
dan mencelakakan manusia lainnya atas nama Tuhan.

Apapun pemahaman kita kepada Tuhan, Tuhan selalu bisa kita manfaatkan
untuk kepentingan kita dan golongan kita sendiri!.

Kalah kaya, lalu memanfaatkan Tuhan dengan memfitnah orang yang lebih
kaya telah memelihara tuyul dan itu dilaknat Tuhan.

Maka orang yang sefaham dengan kita berbondong-bondong membunuh
orang tersebut dengan cara sekeji mungkin tanpa kita harus bersusah
payah!.

Kalah pintar (cerdas), lalu lalu memanfaatkan Tuhan dengan memfitnah
orang yang lebih pintar tadi telah menemukan penemuan yang melanggar
hukum Tuhan, dimana itu area Tuhan bukan area manusia.

Misalnya si A berhasil menemukan cara meng-cloning manusia dengan
sempurna hingga bermanfaat untuk dunia medis/ kedokteran, lalu meng-
hasutnya atas nama Tuhan.

Maka si penemu tadi akan dibunuh oleh para pemuja Tuhan yang fanatik,
sedang yang tidak terlalu fanatik berterima kasih secara tidak langsung (ber-
syukur) kepada pelaku pembunuhan itu, sebab hal itu memang harus dilaku-
kan menurut fikiran mereka, karena begitulah yang tertulis di kitab suci dari
Tuhan mereka.

Lalu bagaimana solusi yang baik?.

Tidak percaya Tuhan adalah jawabannya, ingat kata-kata ini berbeda dengan
Tuhan tidak ada, tidak percaya Tuhan kata-kata lainnya adalah Tuhan tidak
diperlukan, sebab dengan percaya Tuhan, maka tingkatan tertinggi yang bisa
dicapai oleh orang-orang yang percaya Tuhan adalah Tuhan seperti dalang!.

Kita semuanya masuk surga, hingga berbuat baikpun percuma, berbuat
jahatpun tak apa-apa, sebab kita semua sudah pasti masuk surga!.

Atau versi tingkat tinggi lainnya, bahwa kita adalah bagian dari Tuhan, Ruh
Tuhan yang harus bergabung dengan Ruh Tuhan yang lebih besar lagi
setelah mati, sebab kita adalah Tuhan juga.

Sehingga kita semua sebenarnya adalah Ruh-Ruh Tuhan yang memang
sengaja ditaruh di bumi untuk belajar, untuk belajar? Tuhan kok belajar? hal
ini juga membuat diri kita membenarkan hal-hal buruk yang kita lakukan
kepada orang lain!.
Ini malah membawa masalah baru dan membuat orang-orang yang punya
fikiran seperti ini akan berbuat semaunya tanpa peduli hukum manusia!. Maka
lahirlah teroris relijius!. Agar tidak seperti itu, maka fikiran kita harus mengacu
kepada hak asasi manusia, tidak merugikan orang lain, mengangkat tinggi
persamaan hak manusia.

Dan lupakan hidup di alam surga, sebab yang terlihat jelas ada saat ini ada-
lah manusia, dan bukan Tuhan!.

Jadi taat kepada hukum manusia yang berubah sesuai dengan perkembang-
an waktu, keadaan, teknologi dan peradabaan manusialah yang harus kita
ikuti.

Hukum diperlukan agar mampu melindungi tiap individu yang ada disuatu
kelompok tertentu (negara) agar orang yang satu tidak memaksakan ke-
hendak dan merugikan orang lainnya.

Jadi benar dan salah berdasarkan hukumlah yang harus kita ingat di otak atau memory kita hingga kita menjadi orang yang lebih baik dimata manusia,
bukan dimata Tuhan!.

Ingat, kita bisa lolos dari hukum Tuhan karena pemahaman kita!, tetapi tidak
bakal lolos dari hukum manusia cepat ataupun lambat!, dan Tuhan kita tidak
akan menolong kita sama sekali!.

Tujuan hidup adalah bertahan hidup dan peduli pada orang lain (care to
other) agar bisa bertahan hidup pula selama mungkin dengan cara yang baik
menurut versi manusia (hak asasi manusia) bukan versi Tuhan, dan mem-
buat nama kita dikenang sebagai orang baik oleh generasi setelahnya, sesu-
dah kita tidak ada di dunia!. Itulah surga!.

Tujuan hidup lainnya ada di link ini:
http://theangelmichael.blogspot.com/2007/11/tidak-meminta-untuk-ada-hidup.html

Milis Humanitarian
site : http://groups.yahoo.com/group/GreatHumanitarian
atau kirim email kosong ke : GreatHumanitarian-subscribe@yahoogroups.com
dengan subject : Subscribe

Tidak ada komentar: