Jumat, 23 November 2007

Jilbab dan Kebudayaan



[cover thumbnail]

http://www.allvoices.com/contributed-news/3741037-jilbab-dan-kebudayaan

Jilbab berasal dari daerah Timur Tengah (Middle East), banyak orang didaerah gurun tersebut, seperti Yahudi, Iran, Israel, Irak, dan sekitarnya.
Bahkan daerah gurun di asia, misalnya gurun Gobi, banyak juga yang memakai jilbab. Budaya menggunakan pelindung agar tidak terkena pasir untuk muka, pelindung rambut, leher dan baju langsung (kurung) sangat disukai didaerah gurun.
Mengapa?, sebab sangat memudahkan mereka untuk membersihkan pasir yang menempel di tubuh, di wajah, di rambut, di leher dan bahkan dimata (menggunakan cadar atau kacamata).
Jilbab tidak hanya dipakai oleh orang Islam, selain Islam-pun boleh memakainya bila mereka di daerah gurun pasir seperti itu.
Dan terkadang karena sudah merupakan pakaian sehari-hari, yang menjadi kebiasaan turun-temurun, maka jilbab menjadi suatu budaya (culture) mulai dari saat mereka menyembah Tuhan-Tuhan yang berupa patung, tempat keramat, batu, dan sebagainya.
Jilbab-pun sebenarnya tidak hanya untuk wanita, sebab pria di negara gurun pun memakainya.
Lalu mengapa orang-orang yang tidak tinggal di negara gurun dan bukan orang timur tengah lalu memakai jilbab?.
alasannya sederhana:
1. Ingin seperti orang timur tengah.
2. Melakukan ritual keagamaan yang di sesuaikan dengan asal mula ajaran tersebut, padahal itu hanya culture daerah tersebut yang belum tentu agamanya sama
3. Karena “lebih cantik atau tampan” memakai jilbab, terutama bagi muka yang bulat dan kotak, hingga mukanya dimanipulasi hingga tampak oval/ lonjong.
4. Jilbab di “asumsikan” sebagai penutup aurat, apakah rambut di kepala itu aurat?, bagaimana dengan leher?, apakah rambut mengalahkan daya rangsang leher nilainya?, sebab ada beberapa muslimah hanya menutup rambutnya saja, bagaimana dengan wajahnya?. Aurat bukankah artinya "kelamin?".
Sebagian memilih Burqa, tetapi inipun menyusahkan identifikasi bila si wanita sekolah dan suatu saat menjadi lulus, dan juga menyulitkan identifikasi lainnya, cuma matanya saja yang kelihatan tidak tertutup kain, khan kasihan (^_^).
5. Karena ikut-ikutan dan tidak tahu maksudnya
6. Karena aturan agama, tetapi benarkah?, lalu kenapa batas aurat tidak jelas sampai sejauh mana?, atau ya dan tidaknya aurat juga sangat tergantung persepsi tiap aliran, yang tentu saja sesuai dengan tafsiran masing-masing aliran tadi, mengapa tetap tidak jelas?.
Di negara yang dijamin keamanan dan dijunjung tinggi persamaan derajat pria dan wanita, maka pilihan pakai “jilbab” cenderung ke hak pribadi.
Tetapi apakah perlu memakai jilbab?.
Itu kembali kepada kita sendiri, namun banyak masyarakat yang sudah tinggi tingkat peradabannya, maka moral tidak lagi digantungkan pada tampilan luarnya.
Tetapi apa yang ada didalam fikirannya, hingga mungkinkah para pria mengganggu wanita yang tidak berjilbab di negara kita?.
Jawabannya mungkin “iya” mungkin “tidak” sebab, wanita yang tidak berjilbabpun tidak di ganggu. Mengganggu wanita dan memaksakan kehendak kepada wanita adalah melanggar hukum negara.
Hal ini jelas terlihat di tempat umum, seperti mall, tempat renang, dan banyak tempat-tempat umum lainnya.
Para pria di tempat-tempat umum itu tidak akan mengganggu wanita yang tidak berjilbab maupun yang berjilbab. Berjilbab-pun kalau di area yang memang tempat lokalisasi hiburan sex juga bisa terkena masalah, sebab orang mungkin saja berasumsi secara kuat bahwa jilbab yang dipakai hanya
sebagai kedok saja.
Jilbab, diasumsikan pula dengan “hijab” bagi beberapa orang, tetapi definisi kata hijab adalah “memberi batasan/ pembatasan”.
Bukankah di tempat umum juga sudah disediakan hijab secara alami dan tidak berlebihan, seperti “pemisahan toilet pria dan wanita”.
Pemakaian Jilbab dan pakaian tertutup di bumi kita ini sangat kuat di beberapa daerah padang pasir, seperti timur tengah, gurun gobi, lalu mulai berkurang di daerah tertentu seperti Bali, Hawai, Africa, Papua, Irian Jaya dan budaya-budaya daerah yang sejenisnya.
Tetapi di area seperti Africa, Bali, Hawai, Papua juga jarang terjadi pemerkosaan. Kata siapa tidak terjadi pemerkosaan di area seperti itu?. Lalu juga kata siapa dilingkungan orang yang semuanya berjilbab juga menjamin tidak terjadi pemerkosaan?.
Budaya dan Lingkungan juga membuat orang tidak harus menggunakan jilbab, sebab “tata cara membina moral dan peradaban akan berbeda satu sama lainnya”.
Jilbab sesuaikah diterapkan di negara-negara kita dan masuk syariah yang harus dijalankan dalam hukum negara?.
Lalu apakah jilbab sebagai peninggi dan pelindung wanita dari para pria yang merendahkan wanita?.
Merendahkan tidaklah hanya dari tampilan saja, tetapi juga seharusnya dalam kesetaraan jenis kelamin dalam hak-haknya!. Kita lihat contoh bebera pa kasus dari aliran agama yang tidak gender equality karena aturan agama dan Tuhannya menuntut demikian.
contoh 1:
1 pria saksi di pengadilan versi islam setara dengan 2 saksi wanita di pengadilan islam, lalu dimana setaranya antara pria & wanita?. Sedangkan bila terjadi pemerkosaan wanita, maka saksi pria minimal 2
orang, berarti saksi wanita harus 4 orang, baru kesaksian 4 orang wanita ini menjadi sah!, memangnya diperkosa di mall?.
contoh 2:
“Seorang wanita, dikamar lebih baik di rumah!”, maksudnya, didalam kamarnya sendiri itu lebih baik daripada berkeliaran di kamar lain seperti di ruang tamu dan dapur!.
Pola fikir ini di adopsi juga oleh Islam versi Taliban, hingga wanita tidak boleh sekolah akhirnya para wanitanya bodoh.
contoh 3:
“Bila suatu kaum atau negara dipimpin oleh seorang wanita, maka tunggulah kehancurannya”.
Benar-benar merendahkan kemampuan wanita, jelas-jelas wanita hanya dianggap sebagai penyebab kehancuran tatanan. Apakah mereka tidak pernah tahu Cut Nyak Dien?. Joan of Arc?. Kartini?.
Contoh 4:
“Bila tersentuh wanita sebelum dan saat sholat, maka batal dan harus wudhu lagi dan memulai dari awal lagi”.
Beberapa aliran agama tertentu ini me-najis-kan wanita bagai setara dengan kotoran hingga harus wudhu lagi, inikah kesetaraan?.
Ada yang lebih extrim lagi, ada aliran agama tertentu menganggap wanita adalah Setan!, berarti kita semua keturunan Setan, makanya dunia tidak pernah damai, tempur terus demi agama kita dan demi pemimpin Setan kita yaitu Tuhan?.
Bukankah negara-negara maju (baca: USA, UK, Jepang, Korea Selatan & lainnya) merendahkan wanita dengan film-film porno mereka?!
Seperti wanita yang ngeseks dikeroyok lebih dari 2 pria?, bahkan ada video seorang wanita ngeseks dikeroyok mungkin ratusan pria, itukan merendahkan wanita?!.
Siapa bilang?, disitu si wanita diangkat derajatnya, menjadi wanita yang istimewa, banyak pria rela untuk bersatu padu untuk satu wanita lain dan saling rela untuk bergantian!.
Dan juga si wanita di bayar sesuai dengan profesinya itu, ingat, itu profesi, bukan dilecehkan atau direndahkan!, dan bukannya duduk di pinggir jalan lalu diperkosa ramai-ramai karena tidak bersama muhrimnya seperti para pemerkosa di negeri munafik agamis, dan saksinya harus minimal 4 orang
wanita!.
Habis diperkosa lalu tidak dibayar!, mana ada diperkosa lalu dibayar?, habis diperkosa, punya anak, tidak diurus!, agama cenderung membuat pemeluknya munafik pola fikirnya!.
Sudah menghina pornography, tapi beli dan dengan senang hati melihat dan menikmatinya juga, ada yang sembunyi-sembunyi, ada yang beramai-ramai, munafik!.
Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan yang luas, dan banyak melihat kebudayaan lain diluar daerah dan negara kita sendiri yang bisa memberikan solusi terbaik!.
Dan oleh karena itulah, negara tidak boleh ikut campur dalam masalah keagamaan, dan segera “meng-amandemen-kan” agar sila-sila yang mengatur warga negaranya harus “bertuhan satu” dihilangkan menjadi warga negaranya “berkepercayaan yang tidak melanggar hak asasi manusia lainnya”.
Hingga “agama” dan “Tuhan” bukan lagi urusan negara lagi, tapi urusan pribadi masing-masing.

1 komentar:

Hank mengatakan...

Dalam Islam berjilbab bukan berarti hanya mengikuti saja, tetapi juga sebagai ibadah,mereka berjilbab bukan karena ikut-ikutan tetapi berdasarkan gharizah mereka dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapai. saya pernah baca suatu artikel bahwa mayoritas(di eropa)usia 13-26 sudah tidak perawan lagi, apakah mereka berjilbab?

2. kata siapa wanita dilarang untuk mencari ilmu, banyak hadits-hadits yang menyatakan dan menyuruh untuk mencari,bahkan mewajibkan,contohnya :
"Mencari Ilmu itu wajib bagi setiap Muslim Laki-laki dan Perempuan"(HR.Baihaqi)
"Carilah Ilmu dari semenjak buaian sampai keliang lahat"

3.sebagian ulama menyatakan batal krena berdasrkan QS.Annisa:43, sedangkan sebagian ulama menyatakan tidak batal tergantung pada niat

4.tentang pemerkosaan, hal itu dilakukan untuk membuktikan setidaknya saksi mata dalam kejadian tersebut,juga meminimalisir terjadinya kesalahan hakim dalam mengambil keputusan . hukum islam bila di tegakkan berbeda dengan mayoritas orang pikirkan,seorang yang diketahui dengan shah (yaitu memenuhi persyaratan yang telah ditentukan) melakukan Zinah akan di hukum dengan rajam.hikmah dari hukum rajam adalah agar manusia takut terhadap sang khaliq (siksa neraka) dan siksa duniawi yaitu rajam.

5. U/ wanita yang ngeseks adalah profesi,kalau begitu mayoritas dari mana penyakit AIDS dapat disebarkan. pria bergantian untuk berhubungan dengan wanita tersebut apakah dijamin tidak akan terkena Virus HIV-AIDS yang mematikan itu?
hikmah melarang ngeseks adalah agar manusia selalu ingat dan takut pada azab dari kepada sang khalik, dan menghindari penyakit HIV-AIDS

6.kata siapa Berjilbab itu adalah suatu budaya, saat dulu jilbab tidak diwajibkan untuk dikenakan. setelah turun (Q.S.Annur:31) maka diwjibkan untuk dikenakan, Hal ini menyebutkan bahwa Jilbab bukan kebudayaan tetapi suatu perintah untuk muslimah

7.sifat seseorang tergantung terhadap ilmu syar'i yang diperolehnya semakin baik dan dalam ilmu yang diperolehnya maka akan baik orangnya(Lebih tinggi derajatnya dari malaikat), semakin buruk amal yang diperolehnya, maka semakin buruk orangnya(lebih rendah dari setan)

{Ilmu itu adalah Imamnya Amal, dan Amal akan mengikuti ilmu (HR.Baihaqi)}